Mengenang kemerdekaan melalui puisi

Setiap tahun pastinya kita rakyat indonesia merayakan hari kemerdekaan indonesia, 17 Agustus 1945 merupakan hari dimana bangsa yang besar ini lahir dan terbebas dari penjajahan bangsa asing. Bukan hal yang mudah untuk memerdekaan bangsa yang besar ini, proses panjang melalui perjuangan para pahlawan dan rakyat mestinya kita kenang sebagai pelajaran dan penghargaan yang besar atas jasa-jasa beliau dan kita sebagai generasi penerus bangsa mestinya melanjutkan perjuangan dengan mempertahankan dan memajukan bangsa yang besar ini.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengenang jasa para pahlawan, salah satunya yaitu melalui puisi, berikut merupakan contoh puisi dari sastrawan terkenal indonesia dengan tema pahlawan dan kemerdekaan,

1. Sapardi Djoko Damono

"Atas kemerdekaan"

Kita Berkata : Jadilah
dan kemerdekaanpun jadilah bagai laut
di atasnya : langit dan badai tak henti-henti
di tepinya cakrawala
terjerat juga akhirnya
kita, kemudian adalah sibuk
mengusut rahasia angka-angka
sebelum hari yang ketujuh tiba
sebelum kita ciptakan pula firdaus
dari segenap mimpi kita
sementara seekor ular melilit pohon itu :
inilah kemerdekaan itu, nikmatilah



"Hari kemerdekaan"

Akhirnya tak terlawan olehku
tumpah dimataku, dimata sahabat-sahabatku
dihati kita semua
bendera-bendera dan bendera-bendera
bendera kebangsaanku
aku menyerah pada kebanggaan lembut
tergenggam satu hal dan kukenal
tanah dimana ku berpijak berderak
awan bertebaran saling memburu
angin meniupkan kehangatan bertanah air
semat getir yang menikam berkali
makin samar
mencapai puncak kepecahnya bunga api
pecahnya kehidupan kegirangan

menjelang subuh aku sendiri
jauh dati tumpahan keriangan di lembah
memandangi tepian laut
tetapi aku menggenggam yang lebih berharga
dalam kelam kulihat wajah kebangsaanku
makin bercahaya, makin bercahaya
dan fajar mulai kemerahan.


2. Taufiq Ismail

"LARUT MALAM SUARA SEBUAH TRUK"


Sebuah Lasykar truk
Masuk kota Salatiga
Mereka menyanyikan lagu
'Sudah Bebas Negeri Kita'
Di jalan Tuntang seorang anak kecil
Empat tahun terjaga :
'Ibu, akan pulangkah Bapa,
dan membawakan pestol buat saya ?'



"KITA ADALAH PEMILIK SAH REPUBLIK INI"

Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku ?”

Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.
(1966)


3. Wiji Thukul

"Monumen bambu runcing"

Monumen bambu runcing
ditengah kota
menuding dan berteriak merdeka
di kakinya tak jemu juga
pedagang kaki lima berderet-deret
walau berulang-ulang
dihalau petugas ketertiban


"Kemerdekaan"

Kemerdekaan
mengajarkan aku berbahasa
membangn kata-kata
dan mengucapkan lkepentingan

kemerdekaan
mengajar aku menuntut
dan menulis surat selebaran
kemerdekaanlah
yang membongkar keberan ketakutan
dan menunjukkan jalan

Kemerdekaan
adalah gerakan
yang tak terpatahkan
kemerdekaan selalu digaris depan.


4. Toto Sudarto Bachtiar

"Tentang Kemerdekaan"

Kemerdekaan ialah tanah air dan laut semua suara
janganlah takut kepadanya

Kemerdekaan ialah tanah air penyair dan pengembara
janganlah takut padanya

Kemerdekaan ialah cinta salih yang mesra
Bawalah daku kepadanya



"Pahlawan Tak Dikenal"

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring 
Tetapi bukan tidur, sayang 
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya 
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang

Dia tidak ingat bilamana dia datang 
Kedua lengannya memeluk senapang 
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang 
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang

wajah sunyi setengah tengadah 
Menangkap sepi padang senja 
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu 
Dia masih sangat muda

Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun 
Orang-orang ingin kembali memandangnya 
Sambil merangkai karangan bunga 
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring 
Tetapi bukan tidur, sayang 
Sebuah peluru bundar di dadanya 
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda.
.
.
.
.
.
Melalui puisi-puisi diatas, semoga kita dapat mengenang dan meneruskan perjuangan para pahlawan, hingga hari esok negri kita akan tetap berdiri kokoh dan tetap bangga dengan negri kita tercinta indonesia..Terima kasih.

Iklan Atas Artikel

Iklan

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel