Kumpulan puisi menarik karya Rivai Apin
Sunday, December 15, 2019
Edit
Kumpulan puisi karya Rivai Apin merupakan sekumpulan contoh puisi menarik yang dapat dijadikan referensi dan penambah pengetahuan kita tentang puisi, selengkapnya, yuk kita lihat puisi berikut ini :
"ELEGI"
Apa yang bisa kami rasakan, tapi tak usah kami ucapkan
Apa yang bisa kami pikirkan, tapi tak usah kami katakan
Janganlah kau bersedih – dan mari kami lanjutkan
Kami bawa ini kebenaran ke bintangnya dan ke buminya.
Kami pun tahu, karena ada satu kata dari kau yang kami simpan
Satu pandang dari tanah retak menggersang, lalu sedu menyesak dada,
Ah, kenangan padamu kan terus memburu,
- menakutkan seperti bayang di pondok seloyongan bila,
bila pelita telah dipasang.
Tapi penuh kasih seperti Bapak yang mengulurkan tangan
Dan kau kembalii, seperti di hari-hari dulu
Ketika kau dan ini bumi mendegupkan hidup.
Kami tak kann lupakan kau, ketika memburu dan ketika lari
- karena apa yang kami buru dan apa yang kami lari
untuk itu mau serahkan nyawamu
Pun tahu, seperti kau pun tahu, bahwa tak ada
Dewa atau Tuhan lain yang berharga untuk dihidupi selain itu
Berhembus pun topan di padang tandus ini
Tapi tapak kami yang tertanam di padang gersang,
Di mana kau dalam terkubur
Melanjutkan nyala, dan kami yang tegak berdiri di sini ialah api.
Kita tahankan hidup di ini malam, yang akan melahirkan siang.
Kita adalah anak-anak dari satu Bapak
Kita adalah anak-anak dari satu Ibu
Dan mati bagi kita hanyalah soal waktu
Tapi kita semua mempertahankan satu Tuhan.
Adik yang akan datang, Kakak yang telah pergi
Kita angkutlah ini tanah-tanah yang retak,
Ini tanah-tanah yang gersang.
Keberatan beban, kesakitan bahu memikul,
dan kepahitan hati akan kekalahan
Akan menyaratkan cinta pada kepercayaan
Yang kita peluk.
"KEBEBASAN"
Diatas hancur tembok yang kuruntuhkan
Berdiri aku atas kuda putihku, gaya dan jaya
Di hadapanku terhampar padang dan bukit
Dengan lengkungan langit yang membuatku lapar ruangan
Lalu dadaku memberikan ruang
Bagi jantung yang memukul berdentangan
Memancarkan darah yang dia degap degubkan
Darah kudaku pun ikut menjalang dan dia
Berlonjak lonjakan oleh kekesalan
Lalu ku lepas dan kami menderu pacu ke pantai-pantai.
"PERISTIWA"
Malam membenamkan aku ke gang gang
Dan dari aku, dia tidak akan dapat tantangan
Aku tahu, kapal kapal telah berangkat
Dan tidaklah akan ku kejar ini kepergian
Aku juga tadi di tangga dan di telingaku membising
Orang bersuit suitan dan menyoraki
Tapi satu kilat memutuskan
Aku kembali ketengah mereka
Benciku, yang berlendir di mulut kuludahkan kekapal yang tak kena
Dan suara ombak kecil enak saja membawa membawa ludahku lari.
"Mak Oi"
Mak Oi, Sekiranya dunia masih minta di jelaskan
Cemerlang apa yang begitu di cinta
Setidaknya, sayangku sayang. Lupakan habis habis
Karena apa yang di ujung hati, masihkah tidak tebukti ?
Pikirkanlah tipuan tipuan cerdik
Dan hayal cat cantik-cantik
Tentang berkata benar
Apa sungguh kejujuran begitu pelit ?
Sedemi cinta yang bisa berputik
Dan belajar lidah bukan lagi kecupan palsu
Tenggelamkan kepalaku dalam dalam di sumur dadamu
Sehingga pada matahari aku tidak lagi malu
Kau pun juga semoga
Lahir kita dari rahim yang begini
Dan yang bukan putera nyata. Ia telah kita bunuh
"Tiga Menguak Takdir"
Di atas hancuran tembok yang kuruntuhkan
Berdiri aku atas kuda putihku, gaya dan jaya
Di hadapanku menghampar padang dan bukit
Dengan lengkungan langit yang membuatku lapar ruangan.
Lalu dadaku memberikan ruang
Bagi jantung yang memukul berdentangan
Memancarkan darah yang dia degap degupkan
Darah kudaku pun ikut menjalang
dan
dia berlonjak-lonjakan oleh kekesalan
Lalu kulepas
dan kami menderu pacu ke pantai-pantai
"ELEGI"
Apa yang bisa kami rasakan, tapi tak usah kami ucapkan
Apa yang bisa kami pikirkan, tapi tak usah kami katakan
Janganlah kau bersedih – dan mari kami lanjutkan
Kami bawa ini kebenaran ke bintangnya dan ke buminya.
Kami pun tahu, karena ada satu kata dari kau yang kami simpan
Satu pandang dari tanah retak menggersang, lalu sedu menyesak dada,
Ah, kenangan padamu kan terus memburu,
- menakutkan seperti bayang di pondok seloyongan bila,
bila pelita telah dipasang.
Tapi penuh kasih seperti Bapak yang mengulurkan tangan
Dan kau kembalii, seperti di hari-hari dulu
Ketika kau dan ini bumi mendegupkan hidup.
Kami tak kann lupakan kau, ketika memburu dan ketika lari
- karena apa yang kami buru dan apa yang kami lari
untuk itu mau serahkan nyawamu
Pun tahu, seperti kau pun tahu, bahwa tak ada
Dewa atau Tuhan lain yang berharga untuk dihidupi selain itu
Berhembus pun topan di padang tandus ini
Tapi tapak kami yang tertanam di padang gersang,
Di mana kau dalam terkubur
Melanjutkan nyala, dan kami yang tegak berdiri di sini ialah api.
Kita tahankan hidup di ini malam, yang akan melahirkan siang.
Kita adalah anak-anak dari satu Bapak
Kita adalah anak-anak dari satu Ibu
Dan mati bagi kita hanyalah soal waktu
Tapi kita semua mempertahankan satu Tuhan.
Adik yang akan datang, Kakak yang telah pergi
Kita angkutlah ini tanah-tanah yang retak,
Ini tanah-tanah yang gersang.
Keberatan beban, kesakitan bahu memikul,
dan kepahitan hati akan kekalahan
Akan menyaratkan cinta pada kepercayaan
Yang kita peluk.
"KEBEBASAN"
Diatas hancur tembok yang kuruntuhkan
Berdiri aku atas kuda putihku, gaya dan jaya
Di hadapanku terhampar padang dan bukit
Dengan lengkungan langit yang membuatku lapar ruangan
Lalu dadaku memberikan ruang
Bagi jantung yang memukul berdentangan
Memancarkan darah yang dia degap degubkan
Darah kudaku pun ikut menjalang dan dia
Berlonjak lonjakan oleh kekesalan
Lalu ku lepas dan kami menderu pacu ke pantai-pantai.
"PERISTIWA"
Malam membenamkan aku ke gang gang
Dan dari aku, dia tidak akan dapat tantangan
Aku tahu, kapal kapal telah berangkat
Dan tidaklah akan ku kejar ini kepergian
Aku juga tadi di tangga dan di telingaku membising
Orang bersuit suitan dan menyoraki
Tapi satu kilat memutuskan
Aku kembali ketengah mereka
Benciku, yang berlendir di mulut kuludahkan kekapal yang tak kena
Dan suara ombak kecil enak saja membawa membawa ludahku lari.
"Mak Oi"
Mak Oi, Sekiranya dunia masih minta di jelaskan
Cemerlang apa yang begitu di cinta
Setidaknya, sayangku sayang. Lupakan habis habis
Karena apa yang di ujung hati, masihkah tidak tebukti ?
Pikirkanlah tipuan tipuan cerdik
Dan hayal cat cantik-cantik
Tentang berkata benar
Apa sungguh kejujuran begitu pelit ?
Sedemi cinta yang bisa berputik
Dan belajar lidah bukan lagi kecupan palsu
Tenggelamkan kepalaku dalam dalam di sumur dadamu
Sehingga pada matahari aku tidak lagi malu
Kau pun juga semoga
Lahir kita dari rahim yang begini
Dan yang bukan putera nyata. Ia telah kita bunuh
"Tiga Menguak Takdir"
Di atas hancuran tembok yang kuruntuhkan
Berdiri aku atas kuda putihku, gaya dan jaya
Di hadapanku menghampar padang dan bukit
Dengan lengkungan langit yang membuatku lapar ruangan.
Lalu dadaku memberikan ruang
Bagi jantung yang memukul berdentangan
Memancarkan darah yang dia degap degupkan
Darah kudaku pun ikut menjalang
dan
dia berlonjak-lonjakan oleh kekesalan
Lalu kulepas
dan kami menderu pacu ke pantai-pantai