10 puisi terbaik karya Sides Sudyarto DS

Sides Sudyarto DS adalah seorang sastrawan sekaligus wartawan kebangsaan indonesia, pria yang lahir di tegal jawa tengah, 14 juli 1942 ini memulai karirnya sebagai penulis lepas.
Sebagai seorang sastrawan beliau memiliki sejumlah puisi menarik, yang salah satu puisinya mengantarkan beliau memenangi sayembara puisi prasasti ancol yang hasilnya puisi tersebut diabadikan oleh Pemprov DKI Jakarta yang ditulis pada tugu di objek wisata Taman Impian Jaya Ancol  pada tahun 1977.
Pria yang bernama asli Sudiharto ini lahir dan dibesarkan di desa Banjaranyar, kec.Balapulang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah dan beliau meninggal di Jakarta, 14 Oktober 2012. Sejumlah karya sastra menarik yang beliau ciptakan mungkin tidak akan lekang oleh zaman. Berikut adalah 10 Puisi terbaik karya Sides Sudyarto DS :


1. "Kalau Aku Besar Nanti"

Kalau aku besar nanti
Akan kupelajari teknologi
Mesin-mesin mobil pasti
Mesin-mesin motor kuteliti
Agar asapnya tak jadi sumber polusi
Kotori langit biru dan cemari bumni

Kalau aku besar nanti
Asap-asap dari knalpot mesin kami
Tak lagi melobangi baru-paru ini
Mesin mobil dan motor kuganti
Tak lagi berbahaya ancam bayi-bayi
Dalam kandungan bunda kasih sejati


2. "Palang Merah Indonesia"

Dalam perang dalam damai panjimu tegak
Berkibar-kibar melambai-lambai
Palang Merah Indonesia
Selalu berbakti mengabdi kemanusiaan

Sejak zaman perjuangan hingga kemerdekaan
Jasamu tiada henti-hentinya menolong nyawa
Merawat siapa saja, menyelamatkan jiwa
Para perajurit di medan laga

Palang merah Indonesia nan mulai
Dalam alam kemerdekaan kau terus bekerja
Monolong manusia dalam kancah musibah
Menyambung umur yang hampir gugur
Hormatku, pujiku padamu Palang Merah Indonesia
Lambang kebesaran jiwa manusia
Lambang keluhuran budi mulia
Semoga tegak selalu sepanjang masa


3. "Lilin-lilin Empat Lima"

Jiwa-jiwa pahlawan terbit menyinari kegelapan
Zaman hitam yang menimpa Tanah Air tercinta
Semangat patriot menyinar membimbing semangat
Menuju keadilan sejahtera rakyat Nusantara

Bagai lilin-lilin’45 pahlawan menyinari
Gelapnya alam di pangkuan Ibu Pertiwi
Merekah sudah fajar juang para kesatria
Putra-putri siap bela negara

Lilin-lilin’45 cahaya penyinar kemerdekaan
Sinar yang damai penh cita perjuangan
Cahaya nilai-nilai’45 telah berkobar
Menyalakan api pembebasan


4. "Panglima Besar Jendral Sudirman"

Panglima Besar Sudirman
Ketika kau angkat senjata semua pemuda Indonesia siaga
Ikut bersamamu menyandang senapan
Mengawal Revolusi 17 Agustus 1945

Jendral yang perwira
Ketika kau mengembara bergerilya
Segenap putra-putri Indonesia terpanggil
Untuk menghantarmu maju ke medan laga
Mengobarkan api perjuangan, merebut kemerdekaan

Sudirman pahlawan agung
Dengan paru-paru sebelah kau atur komando
Perjuangan nasional semesta Nusantara
Dari atas tandu tergolek badanmu
Mengatur siasat ke segala penjuru
Demi kebebasan tanah air nan satu

Panglima Revolusi nan utama
Seluruh Rakyat Indonesia bernaung
Di bawah bayanganmu setia sepenuh hati dan jiwa
Meneruskan tekad juangmu
Mengawal Revolusi Pancasila
Hingga akhir dunia


5. "Dari Benua Ke Benua"

Bertamasyalah, keliling dunia
Dari benua satu ke benua lainnya
Mulai dari Benua Asia ke Benua Afrika
Lalau menjelajah Benua Eropa
Melaju hingga Benua Amerika
Masih berada di dunia ini juga
Juga kunjungi samudra-samudra
Lautan luas bagai tiada bertepi
Masih juga berada di bumi ini
Jangan lupa, singgahi anak-anak benua
India, Australia, hingga Latin Amerika.
Kenali bangsa demi bangsa
Beraneka warna kulitnya
Beragam ragam jenis bahasanya
Namun semua manusia sama
Hidup dari hasil bumi: Gandum, padi dan palawija
Warna darah pun sama merahnya
Walau kulit tubuh lain warnanya


6. "Bumi Kita"

Dari barat sampai ke timur
Dari utara hingga selatan
Terbentang benua demi benua
Terhampar pulau demi pulau
Terapung di atas samudra raya
Dari Pasifik hingga Atlantik
Dari Kutub Utara hingga Kutub Selatan
Itulah dunia kita, itulah bumi kita
Itulah tempat kita bersama
Tempat hidup seluruh umat manusia
Rumah kita satu-satunya


7. "Mulai dengan Lapar"

Mulai dengan lapar kita berjalan.
Mulai dengan lapar kita mengemis.
Mulai dengan lapar kita meminta-minta.
Mulai dengan lapar kita meminjam.
Mulai dengan lapar kita berhutang.
Mulai dengan lapar kita membohong.
Mulai dengan lapar kita menipu.
Mulai dengan lapar kita bercerai.
Mulai dengan lapar kita berpisah.
Mulai dengan lapar kita menghardik.
Mulai dengan lapar kita memaki.
Mulai dengan lapar kita memfitnah.
Mulai dengan lapar kita mencuri.
Mulai dengan lapar kita menodong.
Mulai dengan lapar kita menggarong.
Mulai dengan lapar kita terinjak.
Mulai dengan lapar kita memberontak.
Mulai dengan lapar kita ditembak.
Mulai dengan lapar kita dibunuh.
Mulai dengan lapar kita digantung.

Mulai dengan lapar kita murung.
Mulai dengan lapar kita sedih.
Mulai dengan lapar kita dikecam.
Mulai dengan lapar kita ditekan.
Mulai dengan lapar kita ditahan.
Mulai dengan lapar kita berpikir.
Mulai dengan lapar kita takut.
Mulai dengan lapar kita gemetar.
Mulai dengan lapar kita ngeri.
Mulai dengan lapar kita lumpuh.
Mulai dengan lapar kita berpeluh.
Mulai dengan lapar kita mengaduh.
Mulai dengan lapar kita mulai sadar.
Mulai dengan lapar kita berpikir.
Mulai dengan lapar kita berotak.
Mulai dengan lapar kita membentuk.
Mulai dengan lapar kita berbisik.

Mulai dengan lapar kita berkumpul.
Mulai dengan lapar kita berdialog.
Mulai dengan lapar kita bertemu.
Mulai dengan lapar kita solider.
Mulai dengan lapar kita sepakat.
Mulai dengan lapar kita bersatu.
Mulai dengan lapar kita berbuat.

Mulai dengan lapar kita kuat.
Mulai dengan lapar kita menang.
Mulai dengan lapar kita niat belajar.
Mulai dengan lapar hiduplah hidup.
Mulai dengan lapar memahami dunia.
Mulai dengan lapar merobah dunia.

Mulai dengan lapar melanjutkan evolusi.
Mulai dengan lapar menanjakkan revolusi.
Mulai dengan lapar membenahi diri.
Mulai dengan lapar melembaga.
Mulai dengan lapar melawan dahaga.

Mulai dengan lapar kita kita takut langgar.
Mulai dengan lapar kita takut mesjid.
Mulai dengan lapar kita takut gereja.
Mulai dengan lapar kita takut kelenteng.
Mulai dengan lapar kita takut kuil,
Mulai dengan lapar kita takut pagoda.
Mulai dengan lapar kita takut candi.
Mulai dengan lapar kita takut rumah.

Mulai dengan lapar kita takut desa!
Mulai dengan lapar kita takut masyarakat.
Mulai dengan lapar kita takut manusia.
Mulai dengan lapar kita takut diri sendiri.

Mulai dengan lapar kita ber sabar.
Mulai dengan lapar kita tawakal.
Mulai dengan lapar kita sebut diri.
Mulai dengan lapar kita sebut nama ibu.
Mulai dengan lapar kita sebut nama bapak.
Mulai dengan lapar kita sebut nama Allah.
Mulai dengan lapar kita cium kaki ibu.
Mulai dengan lapar kita cium bapak.
Mulai dengan lapar kita cium kaki Tuhan.

Mulai dengan lapar kita cium tanah air.
Mulai dengan lapar kita cium kaki masyarakat.
Mulai dengan lapar kita cium kaki masyarakat.!
Mulai dengan lapar kita cium kaki bangsa.
Mulai dengan lapar kita cium kaki manusia.
Mulai dengan lapar kita cium kemerdekaan.
Mulai dengan lapar kita cium kebebasan.
Mulai dengan la-par kita cium kehidupan.

Mulai dengan lapar kita sa-dari eksistensi.
Mulai dengan lapar kita mulai diri.
Mulai dengan lapar kita menemukan diri.

O, lapar bathin.
O, lapar lahir.
O, lapar, bawalah kami ke jalan di mana tidak ada lagi kelaparan.

Lapar rohku!
Lapar Tuhankul
Lapar tubuhku!
Lapar desaku!
Lapar bangsaku!
Lapar duniaku.’
Laparnya laparku!
Lapar yang segalanya lapar segala lapar, laparku lapar segala,
Lapar tiada tara, lapar tiada batas, lapar tiada henti. Lapar
yang abadi! Lapar di bumi, lapar pula aku di akhirati Lapar!


8. "Terumbu Karang"

Jangan merusak terumbu karang
Tempat semua jenis ikan bersarang
Jangan kotori kekayaan lautan
Sumber kekayaan bagi kehidupan

Laut sumber kekayaan terpendam
Laut, lebih kaya ketimbang daratan
Laut luas simpanan kekayaan
Laut dalam, gudang keindahan

Jangan hancurkan terumbu karang
Tempat bertuduh berbagai jasad renik jutaan
Jangan cederai terumbu karang
Gudang alami sumber kemakmuran



9. "Selamatkan Ikan Di Kali"

Jangan racuni ikan di kali
Ikan dimakan, racuni diri kita sendiri

Jangan racuni ikan di kali
Anak dan telur mati terlalu dini

Jangan racuni ikan di kali
Seluruh keturunan musnah pasti


10. "Menjaga Langit Tetap Biru"

Jaga langit agar tetap biru
Langit bersih mengirim udara bersih
Jaga langit tetap bersih
Jaga nafas jaga paru-paru

Jaga langit biru cegah polusi
Kurangi asap hitam dari pabrik
Kurangi asap dari cerobong mesin
Kurangi dampak pembakaran bensin

Langit biru langit sehat bagi semesta
Langit bersih sehat bagi umat manusia
Langit hitam penuh racun berbahaya
Hujan asam mengancam hidup kita


Itulah tadi contoh puisi karya Sides Sudyarto DS, mungkin masih banyak lagi puisi karya beliau yang mungkin akan kita bahas dilain kesempatan, semoga bermanfaat, Terimakasih.
.
.
.
.
.
//Like & Shere//

Iklan Atas Artikel

Iklan

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel