7 puisi karya Sapardi Djoko Damono yang paling populer

Sangat banyak karya sastra indonesia yang dihasilkan dari tulisan tangan sastrawan indonesia, Salah satunya adalah Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono.

Mungkin bagi para penikmat karya sastra indonesia nama beliau sudah tak asing lagi,  ya, seorang pujangga indonesia, lahir di surakarta, 20 maret 1940. SDD nama singkatan sekaligus nama panggilan beliau, dikenal melaui puisi-puisinya yang sangat menarik dan enak untuk dinikmati bagi semua kalangan.

Nah, kali ini untuk  mengingat kembali puisi-puisi populer karya beliau, mari kita simak 7 puisi populer karya Sapardi Djoko Damono berikut ini :


1. "Hujan Bulan Juni"

Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
di rahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapuskannya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu dijalan itu

Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
di serap akar pohon bunga itu





2. "Pada Suatu Hari Nanti"

Pada suatu  hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak akan kurelakan sendiri

Pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi diantara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati

Pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun disela-sela huruf sajak ini
kau tak akan letih-letihnya ku cari




3. "Aku Ingin"

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat
diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat
disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada




4. "Hatiku Selembar Daun"

Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput
nanti dulu, biarkan sejenak aku berbaring di sini
ada yang masih ingin ku pandang
yang selama ini senantiasa luput

Sesaat adalah abadi
sebelum kau sapu taman setiap pagi.




5. "Kuhentikan Hujan"

Kuhentikan hujan
kini matahaari merindukanku, 
mengangkat kabut pagi perlahan
ada yang berdenyut dalam diriku
menembus tanah basah
dendam yang dihamilkan hujan
dan cahaya mataahari
tak bisa ku tolak
matahari memaksaku menciptakan bunga-bunga.




6. "Yang Fana adalah Waktu"

Yang fana adalah waktu
kita abadi
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa
"tapi, yang fana adalah waktu, bukan?" tanyamu..
kita abadi.




7. "Sajak Tafsir"

Kau bilang aku burung?
jangan sekali-kali berkhianat
kepada sungai, ladang dan batu

aku selembar daun terakhir
yang mencoba bertahan di ranting
yang membenci angin
aku tidak suka membayangkan
keindahan kelebat diriku
yang memimpikan tanah
tidak mempercayai janji api 
yang akan menerjemahkanku kedalam bahasa abu

tolong tafsirkan aku
sebagai daun terakhir
agar suara angin yang meninabobokan
ranting itu padam

Tolong tafsirkan aku sebagai  hasrat
untuk bisa lebih lama bersamamu
tolong ciptakan makna bagiku
apa saja, aku selembar daun terakhir
yang ingin menyaksikanmu bahagia
ketika sore tiba



Iklan Atas Artikel

Iklan

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel