7 puisi karya Sapardi Djoko Damono yang paling populer
Wednesday, March 13, 2019
Edit
Sangat banyak karya sastra indonesia yang dihasilkan dari tulisan tangan sastrawan indonesia, Salah satunya adalah Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono.
Mungkin bagi para penikmat karya sastra indonesia nama beliau sudah tak asing lagi, ya, seorang pujangga indonesia, lahir di surakarta, 20 maret 1940. SDD nama singkatan sekaligus nama panggilan beliau, dikenal melaui puisi-puisinya yang sangat menarik dan enak untuk dinikmati bagi semua kalangan.
Nah, kali ini untuk mengingat kembali puisi-puisi populer karya beliau, mari kita simak 7 puisi populer karya Sapardi Djoko Damono berikut ini :
1. "Hujan Bulan Juni"
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
di rahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapuskannya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu dijalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
di serap akar pohon bunga itu
2. "Pada Suatu Hari Nanti"
Pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak akan kurelakan sendiri
Pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi diantara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati
Pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun disela-sela huruf sajak ini
kau tak akan letih-letihnya ku cari
3. "Aku Ingin"
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat
diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat
disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada
4. "Hatiku Selembar Daun"
Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput
nanti dulu, biarkan sejenak aku berbaring di sini
ada yang masih ingin ku pandang
yang selama ini senantiasa luput
Sesaat adalah abadi
sebelum kau sapu taman setiap pagi.
5. "Kuhentikan Hujan"
Kuhentikan hujan
kini matahaari merindukanku,
mengangkat kabut pagi perlahan
ada yang berdenyut dalam diriku
menembus tanah basah
dendam yang dihamilkan hujan
dan cahaya mataahari
tak bisa ku tolak
matahari memaksaku menciptakan bunga-bunga.
6. "Yang Fana adalah Waktu"
Yang fana adalah waktu
kita abadi
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa
"tapi, yang fana adalah waktu, bukan?" tanyamu..
kita abadi.
7. "Sajak Tafsir"
Kau bilang aku burung?
jangan sekali-kali berkhianat
kepada sungai, ladang dan batu
aku selembar daun terakhir
yang mencoba bertahan di ranting
yang membenci angin
aku tidak suka membayangkan
keindahan kelebat diriku
yang memimpikan tanah
tidak mempercayai janji api
yang akan menerjemahkanku kedalam bahasa abu
tolong tafsirkan aku
sebagai daun terakhir
agar suara angin yang meninabobokan
ranting itu padam
Tolong tafsirkan aku sebagai hasrat
untuk bisa lebih lama bersamamu
tolong ciptakan makna bagiku
apa saja, aku selembar daun terakhir
yang ingin menyaksikanmu bahagia
ketika sore tiba
Mungkin bagi para penikmat karya sastra indonesia nama beliau sudah tak asing lagi, ya, seorang pujangga indonesia, lahir di surakarta, 20 maret 1940. SDD nama singkatan sekaligus nama panggilan beliau, dikenal melaui puisi-puisinya yang sangat menarik dan enak untuk dinikmati bagi semua kalangan.
Nah, kali ini untuk mengingat kembali puisi-puisi populer karya beliau, mari kita simak 7 puisi populer karya Sapardi Djoko Damono berikut ini :
1. "Hujan Bulan Juni"
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
di rahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapuskannya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu dijalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
di serap akar pohon bunga itu
2. "Pada Suatu Hari Nanti"
Pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak akan kurelakan sendiri
Pada suatu hari nanti
suaraku tak terdengar lagi
tapi diantara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati
Pada suatu hari nanti
impianku pun tak dikenal lagi
namun disela-sela huruf sajak ini
kau tak akan letih-letihnya ku cari
3. "Aku Ingin"
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat
diucapkan kayu kepada api
yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat
disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada
4. "Hatiku Selembar Daun"
Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput
nanti dulu, biarkan sejenak aku berbaring di sini
ada yang masih ingin ku pandang
yang selama ini senantiasa luput
Sesaat adalah abadi
sebelum kau sapu taman setiap pagi.
5. "Kuhentikan Hujan"
Kuhentikan hujan
kini matahaari merindukanku,
mengangkat kabut pagi perlahan
ada yang berdenyut dalam diriku
menembus tanah basah
dendam yang dihamilkan hujan
dan cahaya mataahari
tak bisa ku tolak
matahari memaksaku menciptakan bunga-bunga.
6. "Yang Fana adalah Waktu"
Yang fana adalah waktu
kita abadi
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa
"tapi, yang fana adalah waktu, bukan?" tanyamu..
kita abadi.
7. "Sajak Tafsir"
Kau bilang aku burung?
jangan sekali-kali berkhianat
kepada sungai, ladang dan batu
aku selembar daun terakhir
yang mencoba bertahan di ranting
yang membenci angin
aku tidak suka membayangkan
keindahan kelebat diriku
yang memimpikan tanah
tidak mempercayai janji api
yang akan menerjemahkanku kedalam bahasa abu
tolong tafsirkan aku
sebagai daun terakhir
agar suara angin yang meninabobokan
ranting itu padam
Tolong tafsirkan aku sebagai hasrat
untuk bisa lebih lama bersamamu
tolong ciptakan makna bagiku
apa saja, aku selembar daun terakhir
yang ingin menyaksikanmu bahagia
ketika sore tiba