Puisi "Munir" karya K.H. A.Mustofa Bisri
Sunday, September 8, 2019
Edit
Sebuah Puisi karya K.H. A.Mustofa Bisri berjudul Munir, yang mempuisikan tentang gambaran seorang aktivis pejuang HAM yang bernama Munir. Puisi ini dibuat untuk mengenang sosok sang pejuang HAM yang telah tiada dan kita berharap kematiannya segera menemukan titik terang.
Kita simak puisi menarik berikut :
"Munir"(Oktober,2004)
Munir saja namamu
sederhana
namun mempunyai makna
menyinari
Dimasa kesederhanaan diabaikan
Kau membuktikan kekuatannya yang elegan
di masa para pengecut berlindung pada arogansi kekuasaan
kau tampul hampir sendirian melawan kelaliman
Bagaikan pahlawan dongeng yang menjelajah padang
mendaki gunung menuruni jurang
melawan para penjahat yang sewenang-wenang
dengan berani dan penuh kasih sayang
kau bela kaum yang lemah dan terbuang
Di tengah-tengah kemewahan yang pongah
kesederhanaanmu pun menjadi mewah
kemewahan yang dipamerkan
para pecundangpun menjadi menggelikan
Di tengah-tengah kekerdilan membungkus diri
dengan kekerasan dan rasa benci
kebesaranmu mengibarkan cinta kemanusiaan sejati
Di tengah-tengah kepengecutan yang kehilangan akal
keberanianmu pun menjadi anggun dan sakral
Tak ada yang dapat membendung dan menghentikanmu
kecuali Yang maha Kuasa, Tuhan dan sumber kekuatanmu
Bila iman adalah engkau, maka benarlah kata kiai
iman menjaga kemanusiaan dan nurani
tapi mengapa engkau dijemput terlalu pagi
mungkinkah pohon yang kau rawat selama iniakan bersemi?
Kita simak puisi menarik berikut :
"Munir"(Oktober,2004)
Munir saja namamu
sederhana
namun mempunyai makna
menyinari
Dimasa kesederhanaan diabaikan
Kau membuktikan kekuatannya yang elegan
di masa para pengecut berlindung pada arogansi kekuasaan
kau tampul hampir sendirian melawan kelaliman
Bagaikan pahlawan dongeng yang menjelajah padang
mendaki gunung menuruni jurang
melawan para penjahat yang sewenang-wenang
dengan berani dan penuh kasih sayang
kau bela kaum yang lemah dan terbuang
Di tengah-tengah kemewahan yang pongah
kesederhanaanmu pun menjadi mewah
kemewahan yang dipamerkan
para pecundangpun menjadi menggelikan
Di tengah-tengah kekerdilan membungkus diri
dengan kekerasan dan rasa benci
kebesaranmu mengibarkan cinta kemanusiaan sejati
Di tengah-tengah kepengecutan yang kehilangan akal
keberanianmu pun menjadi anggun dan sakral
Tak ada yang dapat membendung dan menghentikanmu
kecuali Yang maha Kuasa, Tuhan dan sumber kekuatanmu
Bila iman adalah engkau, maka benarlah kata kiai
iman menjaga kemanusiaan dan nurani
tapi mengapa engkau dijemput terlalu pagi
mungkinkah pohon yang kau rawat selama iniakan bersemi?