kumpulan puisi lawas
Saturday, January 6, 2018
Edit
Kumpulan Puisi Lawas karya sastrawan tanah air
1. WIDJI THUKUL
Baca Juga : 7 Puisi Karya Sapardi Djoko Damono Paling Populer
Dibawah Selimut Kedamaian Palsu
apa gunanya ilmu
kalau hanya untuk mengibuli
apa guna baca buku
kalau mulut kau bungkam melulu
di mana-mana moncong senjata
berdiri gagah
kongkalikong
dengan kaum cukong
di desa-desa
rakyat dipaksa
menjual tanah
tapi,tapi,tapi,tapi
dengan harga murah
apa guna baca buku
kalau mulut kau bungkam melulu
Bunga Dan Tembok
jika kami bunga
engkau adalah tembok itu
tapi ditubuh tembok itu
telah kami sebar biji-biji
suatu saat kami akan tumbuh bersama
dengan keyakinan:engkau harus hancur!
dalam keyakinan kami
dimanapun -tirani harus tumbang!
2. Prof.Dr.Sapardi Djoko Damono
"Hujan Di bulan Juni"
Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapuskannya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu dijalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
"Aku Ingin Mencintaimu dengan Sederhana"
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu gengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada huajn yang menjadikannya tiada
Baca Juga : 7 Puisi Karya Sapardi Djoko Damono Paling Populer
3. Chairil Anwar
"KRAWANG-BEKASI"
Kami yang kini terbaring antara krawang-bekasi
tidak bisa teriak"merdeka" dan angkat senjata lagi
tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
terbayang kami maju dan mendengap hati?
Kami bicara kepadamu dalam hening
jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
kami mati muda, yang tinggal tulang diliputi debu
kenang, kenanglah kami..!
kami sudah coba yang kami bisa
tapi kerja belum selesai,
belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
kami cuma tulang-tulang berserakan
tapi adalah kepunyaanmu
kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa
kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
kaulah sekarang yang berkata
kami bicara padamu dalam hening dimalam sepi
jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
kenang, kenanglah kami
teruskan, teruskan jiwa kami
menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
berikan kami arti
berjagalah terus digaris batas pernyataan dan mimpi
kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
beribu kami berbaring antara Krawang-Bekasi
"AKU"
kalau sampai waktuku
aku mau tak seorang kan merayu
tidak juga kau
tak perlu sedan itu
aku ini binatang jalang
dari kumpulannya terbuang
biar peluru menembus kulitku
aku tetap meradang menerjang
luka dan bisa kubawa berlari
berlari
hingga hilang pedih perih
dan aku akan lebih tidak peduli
aku mau hidup seribu tahun lagi
"KEPADA KAWAN"
sebelum ajal mendekat dan menghianat
mencengkam dari belakang ketika kita tidak melihat
selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa
belum bertugas kecewa dan getar belum ada
tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam
layar merah berkibar hilang dalam kelam
kawan, mari kita putuskan kita disini
ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri
Jadi
isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan
tembus jelajah dunia ini dan balikkan
peluk kecup perempuan, tinggalkan kata merayu
pilih kuda yang paling liar, pacu laju
jangan tembatkan pada siang dan malam
Dan
hancurkan lagi apa yang kau perbuat
hilang sonder pusaka, sonder kerabat
tidak minta ampun atas segala dosa
tidak memberi pamit siapa saja
Jadi
mari kita putuskan sekali lagi
ajal yang menarik kita, kan merasa angkasa sepi
sekali lagi kawan, sebaris lagi
tikamkan pedangmu hingga ke hulu
pada siapa yang mengairi kemurnian madu.
Baca lainnya :
- kumpulan pantun nasehat dan petuah orang tua bahasa indonesia
- KUMPULAN PUISI TERBARU ANAK NEGERI
- kumpulan puisi dari 5 sastrawan terkenal indonesia
- 10 puisi karya Chairil Anwar
- Puisi lawas penuh makna kahlil gibran " CINTA"